Penuntasan Tuna Aksara Jadi Gerakan Masyarakat

Penuntasan Tuna Aksara jadi
Gerakan Masyarakat

PALANGKARAYA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh mengharapkan komitmen semua pihak untuk keaksaraan orang dewasa tidak lagi sebagai gerakan yang berorientasi pada upaya menuntaskan tuna aksara. Namun lebih kuat lagi menjadi gerakan masyarakat yang mampu mengurangi kesenjangan pengetahuan dan keterampilan.
Demikian ditegaskan mendikbud pada puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-47 2012 di Palangkaraya, Minggu (16/9). Hadir dalam kesempatan itu, Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah, Agustin Teras Narang, Sekda Jawa Timur keduanya sebagai penerima penghargaan Anugerah Keaksaraan, para pejabat eseleon I dan II serta fokum profesi Provinsi Kalimantan Tengah.

“Keberaksaraan mampu meningkatkan perannya dalam pembangunan, antara lain bidang ekonomi, budaya, dunia informasi digital dan mewujudkan Indonesia yang damai, adil dan makmur. Keaksaraan mampu meningkatkan keberdayaan masyarakat tunas aksara,” tegas dia.

Menurut mendikbud, program peningkatan keaksaraan yang dilaksanakan baik ditingkat nasional, daerah maupun masyarakat antara lain meliputi pendidikan keaksaraan dasar, pendidikan keaksaraan usaha mandiri, program kecakapan hidup, perluasan akses bahan bacaan pada Taman Bacaan Masyarakat di ruang publik, dan penguatan kualitas tenaga tutor diyakini mampu turunkan angka tuna aksara.

“Upaya pemerintah menurunkan jumlah tuna aksara selama ini menunjukan hasil yang memuaskan. Setidaknya hal itu terlihat dari penurunan prosentasi angka tuna aksara menjadi 95,6 persen atau tinggal sekitar 6,7 juta orang yang tuna aksara hingga 2011,” jelasnya.

Nuh menambahkan, disparitas antar provinsi juga menunjukan penurunan yang signifikan yaitu hanya tersisa dua provinsi dengan prosentase tuna aksara orang dewasa di atas 10 persen. Dua provinsi itu yaitu Papua dan Nusa Tenggara Barat. Meski provinsi yang prosentasenya kecil masih memiliki angka absolut tuna aksara yang cukup besar, karena jumlah penduduk yang besar seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

“Pemerintah berkomitmen untuk menuntaskan ketunakasaraan pada 2015. Berdasarkan kelompok usia, terdapat sekitar 500.000 tuna aksara untuk kelompok 15-24 tahun sekitar 2,3 juta untuk kelompok usia 25-44 dan 3,9 juta untuk kelompok 45-59 tahun,” jelasnya.

Karena itu, katanya, pada 2013-2015 strategi penuntasan tuna aksara akan difokuskan pada daerah 3 T dan klaster 4. Contohnya, untuk Papua dilakukan Gerakan Daerah Pengentasan Ketunaaksaraan yang akan disertai Peraturan Daerah Khusus. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat yang lebih menyeluruh untuk provinsi lainnya serta keaksaraan berbasiskan bahasa ibu yang disertai bahan ajar elektronik dan perangkatnya.

Gubernur Kalimantan Tengah, Agustin Teras Narang mengatakan, memastikan semua tujuan dan target yang telah disepakati pertemuan Dakar  yang pada 2015 angka tuna aksara dibawah 50 persen, bagi Kalimantan Tengah hal itu dapat terlampui.

“Saat ini angka tuna aksara usia 15 tahun ke atas tinggal tersisa 2,5 persen atau 97,5 persen penduduk Kalimantan Tengah usia 15 tahun ke atas sudah melek aksara. Apalagi, hal ini diperkuat dalam UUD 1945 setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Jadi, ada atau tidaknya kesepakatan Dakar Pemda Kalteng berkewajiban memberi pelayanan pendidikan yang terbaik,” ujar Teras Narang.(mulya)

SUMBER: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/dikmas/index.php/component/content/article/56-pembelajaran-dan-peserta-didik/1209-penuntasan-tuna-aksara-jadi-gerakan-masyarakat.html

Komentar