Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
1.    Berorientasi pada kebutuhan anak
Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi, dan kebutuan untuk diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa tidak aman/takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan oleh pendidik atau temannya.
2.    Sesuai dengan perkembangan anak
Setiap usia mempunyai tugas perkembangan yang berbeda, misalnya pada usia 4 bulan pada umumnya anak bisa tengkurap, usia 6 bulan bisa duduk, 10 bulan bisa berdiri, dan 1 tahun bisa berjalan. Pada dasarnya semua anak memiliki pola perkembangan yang dapat diramalkan, misalnya anak akan bisa berjalan setelah berdiri. Oleh karena itu pendidik harus memahami tahap perkembangan anak dan menyusun kegiatan sesuai dengan tahapan perkembangan mendukung pencapaian tahap perkembangan yang lebih tinggi
3.    Sesuai dengan keunikan setiap individu
Anak merupakan individu yang unik, masing-masing mempunyai gaya belajar yang berbeda. Ada anak yang lebih mudah belajarnya dengan mendengarkan (auditori), ada anak yang dengan melihat (visual) dan ada anak yang harus dengan bergerak (kinestetik). Anak juga memiliki minat yang berbeda-beda terhadap alat/bahan yang dipelajari/digunakan, juga mempunyai temperamen yang berbeda, bahasa yang berbeda, cara merespon lingkungan, serta kebiasaan yang berbeda. Pendidik seharusnya mempertimbangkan perbedaan individual anak, serta mengakui perbedaan tersebut sebagai kelebihan masing-masing anak. Untuk mendukung hal tersebut pendidik harus menggunakan cara yang beragam dalam membangun pengalaman anak, serta menyediakan ragam main yang cukup.
4.    Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain
Pembelajaran dilakukan dengan cara menyenangkan. Melalui bermain anak belajar tentang: konsep-konsep matematika, sains, seni dan kreativitas, bahasa, sosial, dan lain-lain. Selama bermain, anak mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan aspek-aspek/nilai-nilai moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, dan seni. Pembentukan kebiasaan yang baik seperti disiplin, sopan santun, dan lainnya dikenalkan melalui cara yang menyenangkan
5.    Anak belajar dari konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sosial
a.    Anak belajar mulai dari hal-hal yang paling konkrit yang dapat dirasakan oleh inderanya (dilihat, diraba, dicium, dicecap, didengar) ke hal-hal yang bersifat imajinasi
b.    Anak belajar dari konsep yang paling sederhana ke konsep yang paling rumit, misalnya mula-mula anak memahami apel sebagai buah kesukaannya kemudian anak memahami apel sebagai buah yang berguna untuk kesehatan
c.    Kemampuan komunikasi anak dimulai dengan menggunakan bahasa tubuh lalu berkembang menggunakan bahasa lisan
d.    Anak memahami lingkungannya dimulai dari hal-hal yang terkait dengan dirinya sendiri, kemudian ke lingkungan dan orang-orang yang paling dekat dengan dirinya, sampai kepada lingkungan yang lebih luas
Dengan demikian pendidik seharusnya menyediakan alat-alat bermain yang konkrit yang bisa digunakan sebagai pengganti benda yang sesungguhnya. Pendidika juga harus memahami bahasa tubuh anak dan membantu mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui kegiatan bermain
6.    Anak sebagai pembelajar aktif
Dalam proses pembelajaran, anak merupakan subjek/pelaku kegiatan dan pendidik merupakan fasilitator. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai banyak ide, dan tidak bisa berdiam diri dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu pendidik harus menyediakan berbagai alat, memberi kesempatan anak untuk memainkan berbagai alat main dengan cara, dan memberikan waktu kepada anak untuk mengenal lingkungannya dengan caranya sendiri. Pendidik juga harus memahami dan tidak memaksakan anak untuk duduk diam tanpa aktivitas yang dilakukannya dalam waktu yang lama.
7.    Anak belajar melalui interaksi sosial
Pembelajaran anak melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya yang ada dilingkungannya. Salah satu cara anak belajar adalah dengan cara mengamati, meniru, dan melakukan. Orang dewasa dan teman-teman dekat dengan kehidupan anak merupakan obyek yang diamati dan ditiru anak.
8.    Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar
Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat bermanfat bagi anak. Lingkungan berupa lingkungan fisik beripa penataan ruangan, penataan alat main, benda-benda, perubahan benda (daun mda-daun tua, daun kering, dst), cara kerja benda (bola didorong akan menggelinding, sedangkan kubus didorong akan menggeser), dan lingkungan non fisik berupa kebiasaan orang, suasana belajar.
9.    Merangsang munculnya kreativitas dan inovatif
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreativitas yang sangat tinggi. Ketika anak diberi kesempatan untuk menggunakan berbagai bahan dalam kegiatan permainannya, amak anak akan dapat belajar tentang berbagai sifat dari bahan tersebut.
10.    Mengembangkan kecakapan hidup anak
Kecakapan hidup merupakan suatu keterampilan yang perlu dimiliki anak melalui perkembangan karakter.
11.    Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar
Sumber dan media belajar untuk PAUD tidak terbatas pada alat dan media hasil pabrikan, tetapi dapat menggunakan berbagai bahan dan alat yang tersedia di lingkungan sepanjang tidak berbahaya bagi kesehatan anak.
12.    Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya
PAUD merupakan wahana anak tumbuh dan berkembang sesuai potensi dengan berdasarkan pada sosial budaya yang berlaku di lingkungan.
13.    Melibatkan peran serta orang tua yang bekerja sama dengan para pendidik di Lembaga PAUD
Orang tua menjadi sumber informasi mengenai kebiasaan, kegemaran, ketidaksukaan anak, dan lain-lain yang digunakan pendidik dalam penyusunan program pembelajaran.
14.    Stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan
Saat anak melakukan sesuatu, sesungguhnya ia sedang mengembangkan berbagai aspek perkembangan dan kecerdasannya.

Komentar