TES CALISTUNG MASUK SD TANDA GURU MALAS

JAKARTA -- Dirjen Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Kementrian Pendidikan Nasional, Hamid Muhammad PhD menilai, banyaknya jumlah sekolah dasar (SD) baik negeri dan swasta yang tetap menggelar tes seleksi murid baru dengan materi membaca, menulis dan berhitung (calistung), pertanda para guru di sekolah tersebut tidak siap.



“Tidak siapnya itu dapat dilihat bahwa guru tersebut tidak mau repot dan malas untuk mengajari calistung siswa-siswanya. Para guru SD itu hanya mau terima matangnya saja,” ketus Hamid ketika ditemui JPNN di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Kamis (22/7).

Dengan kondisi demikian, Hamid kembali menegaskan, para calon peserta didik yang baru masuk SD dan sudah mencukupi umur yang telah ditetapkan, wajib diterima. “Pemerintah sudah berkali-kali memperingatkan, agar sekolah dapat menerima siswa yang sudah memenuhi persyaratan,” tegasnya.

Sebelumnya, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas , Sudjarwo juga mengatakan bahwa anak usia (balita) yang bersekolah di PAUD ataupun taman kanak-kanak (TK), sebaiknya tak buru-buru diajarkan calistung, karena akan mengakibatkan si anak terkena Mental Hectic.

”Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD).  Oleh karena itu jangan bangga bagi Anda atau siapa saja yang memiliki anak usia dua atau tiga tahun sudah bisa membaca dan menulis,” ujar Sudjarwo.

Oleh karena itu, kata Sudjarwo,  Kemendiknas mendorong orang tua untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dengan memilih sekolah PAUD yang tidak mengajarkan calistung.

Lebih jauh Sudjarwo menerangkan, Kemendiknas pun terus semangat untuk melakukan sosialisasi agar pelaksanaan PAUD sesuai dengan aturan yang berlaku. Dikatakan, produk payung hukumnya sudah ada, yakni SK Mendiknas No 58/2009. Dengan begitu diharapkan agar para pendiri dan penyelenggara PAUD tidak sembarangan untuk memberikan pelajaran calistung. (cha/jpnn)
disalin dari http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=68575


Komentar